Setelah sekian lama tidak menjalankan hoby karena pandemi yang memaksa kita untuk berada dirumah selama hampir 3 bulan, akhirnya saya memutuskan untuk mendaki kembali. Bertepatan dengan dirgahayu republik Indonesia yang ke-75 saya melakukan pendakian ke gunung penanggungan bersama 2 rekan saya. Gunung penanggungan sendiri merupakan gunung yang pertama kali dibuka di jawa timur selama pandemi ini, dibuka pada tanggal 5 juli membuat pendakian di penanggungan membeludak setiap harinya.
Prosesi Upacara di Puncak Pawitra |
Tidak seperti pendakian sebelumnya melalui jalur pendakian tamiajeng, pendakian kali ini kami putuskan untuk mencoba jalur lain yakni via kedungudi. Pada pendakian penanggungan via kedungudi ini relatif lebih singkat dibanding jalur tamiajeng namun lebih terjal. Kami berangkat dari rumah menuju basecamp kedungudi pukul 7:30 malam perjalanan membutuhkan waktu sekitar 1 setengah jam. Sekitar pukul 9 kami sampai di basecamp, kami memutuskan untuk beristirahat di warung warga desa sejenak. Awalnya kami merencanakan untuk memulai pendakian pukul 12 malam namun dengan alibi mendaki santai kami percepat start pukul 10 malam.
Baca Juga Pendakian Gunung Pundak 1585 mdpl
Pendakian Gunung Welirang 3156 mdpl
Setelah melakukan registrasi dan briefing dari
petugas kami langsung memulai pendakian. Pendakian yang beda dari biasanya
karena diberlakukannya protokol kesehatan kami harus menggunakan masker dan
membawa handsanitizer selama pendakian. Track awal pendakian menuju pos 2 masih
landai dan vegetasi masih rapat dengan pohon pinus. Tidak membutuhkan waktu
yang lama untuk mencapai pos 2, kurang lebih 20 menit kami sudah sampai. Di pos
2 terdapat shelter untuk beristirahat, di pos ini juga terdapat persimpangan
jalan antara puncak bekel yang masih dalam gugusan gunung penanggungan dan
puncak pawitra yakni puncak tertinggi gunung penanggungan. Untuk jalur
pendakian pawitra ambil arah kanan sedangkan bekel lurus.
Sejenak beristirahat kami langsung melanjutkan perjalanan, track dari pos 2 menuju pos 3 mulai terjal dan vegetasi hutan pinus mulai berkurang diganti dengan alang alang. Kurang lebih 1 jam kami baru melihat pos 3 diantara semak belukar, namun kami urungkan beristirahat karena ramai pendaki lain beristirahat di pos tersebut. Medan terjal masih menemani, tak lama berselang kami memutuskan untuk berhenti sejenak untuk makan malam. Butuh 30 menit untuk kami sampai di candi pertama yakni candi Carik. Disini badai angin mulai terasa, angin berhembus kencang dari arah puncak. Terdapat setidaknya 5 candi dalam jalur ini dan setiap candi hanya memakan waktu kurang lebih 10 menit. Urutan candi yang dilewati setelah candi Carik ialah candi Lurah, candi Shiwa, candi Guru, dan candi Wisnu. Disetiap candi terdapat lahan di area luar candi yang dapat digunakan untuk camp.
Candi Lurah |
Candi Guru |
Track Menuju Puncak Pawitra |
Pukul 1 pagi kami sampai di candi wisnu, kami mencari alang-alang untuk beristirahat guna menahan kencangnya badai angin yang sedang terjadi. Kami beristirahat diantara alang-alang yang menjulang tinggi, alang-alang tersebut mampu menahan badai angin yang cukup kencang. Sekitar pukul 2:30 kami melanjutkan perjalanan, pos selanjutnya ialah gua Butol. Track masih menanjak ditambah badai angin membuat perjalanan semakin berat. Vegetasi tumbuhan mulai jarang hanya ada semak belukar dan beberapa pohon. Untuk sampai ke gua Butol kami membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam. Niat awal ingin beristirahat kami urungkan karena lagi-lagi sudah ramai pendaki disana. Tanpa istirahat kami langsung melakukan summit attack, untungnya badai angin sudah mulai mereda. Medan pendakian semakin terjal dan berbatu, hal ini membuat kami lebih berhati-hati. Sekitar pukul 4 kami sampai dipuncak yang telah ramai pendaki, disambut dengan angin kencang dan sunrise di ujung horizon. Karena bertepatan dengan dirgahayu republik Indonesia yang ke-75 komunitas pendaki lokal dan penduduk setempat menggelar upacara di puncak pawitra. Sekitar pukul 8 panitia mulai mengibarkan bendera sepanjang 1000 meter mengelilingi puncak. Upacara dilaksanakan di atas kaldera penanggungan, upacara dilaksanakan dengan hikmat dan penuh semangat perjuangan.
Namun sayang, kemegahan upacara di puncak harus
tercoreng dengan bertumpuknya sampah di sekitar area camp. Seharusnya dengan
diadakannya upacara ini kita harus lebih mencintai negeri ini salah satunya
adalah dengan tidak mengotori alam di Indonesia.
SALAM LESTARI…..WANI!!!
Estimasi waktu pendakian Gn.Penanggungan via Kedungudi
Pos 1
(Perizinan) – Pos 2 =
20 menit
Pos 2 – Pos
3 = 60 menit
Pos 3 –
Candi Carik =
30 menit
Candi Carik
– Candi Lurah =
10 menit
Candi Lurah
– Candi Siwa =
10 menit
Candi Siwa –
Candi Guru =
5 menit
Candi Guru –
Candi Wisnu =
10 menit
Candi Wisnu
– Gua Butol =
60 menit
Gua butol –
Puncak Pawitra = 60
menit
Estimasi biaya pedakian Gn.penanggungan via Kedungudi
Simaksi =
Rp10.000 / Orang
Parkir =
Rp5.000/motor
0 Comments